GKJ Manahan

GKJ Manahan salah satu anggota Klasis Kartasura dan merupakan cikal bakal berdirinya klasis kartasura.

GKJ Sabda Winedhar

Anggota Klasis Kartasura yang berada di Wilayah Kabupaten Karanganyar. Dahulu merupakan bagian dari pepanthan GKJ Manahan.

GKJ Pajang Makamhaji

Anggota Klasis Kartasura, berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

GKJ Gebyog

Anggota Klasis Kartasura yang terletak di wilayah Kabupaten Sukoharjo, dahulu merupakan bagian dari pepanthan GKJ Kartasura.

GKJ Sumber

Anggota Klasis Kartasura, berada di wilayah kota Surakarta, dahulu merupakan bagian pepanthan GKJ Manahan.

GKJ Gatak

Anggota Klasis Kartasura, terletak di wilayah Kabupaten Sukoharjo, dahulu merupakan pepanthan GKJ Wonosari Klaten Timur.

GKJ Kartasura

Anggota Klasis Kartasura, terletak di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Minggu, 25 November 2012

Bahan PA Sumiar Tahun 2013

Bahan PA Sumiar tahun 2013 akan diterbitkan kembali. Proses editing telah selesai dan segera masuk cetak. Sama seperti bahan PA Sumiar sebelumnya, bahan PA Sumiar Tahun 2013 menggunakan bahasa Jawa. Apa yang berbeda dari bahan PA Sumiar terbitan Klasis Kartasura dengan bahan PA terbitan lainnya ?
Bahan PA Sumiar menggunakan  bahan Leksionari dengan mempertimbangkan pergumulan jemaat setempat dan menggunakan idiom-idiom jawa. Idiom-idiom jawa di sertakan agar generasi penerus tetap mengerti dan menjaga kekayaan budaya jawa yang mempunyai kandungan filsafati tinggi.


Jika gereja-gereja baik lingkup Klasis Kartasura dan gereja-gereja diluar lingkup klasis Kartasura membutuhkan bahan PA SUMIAR bisa langsung memesannya ke kantor Klasis Kartasura dengan alamat :
 
d.a. GKJ Manahan
Jl. MT. Haryono No. 10
Manahan, SURAKARTA 57139
HP : 08164230600
atas nama SULIS (Karyawan Kantor Klasis)

SIDANG GEREJA-GEREJA KLASIS KARTASURA XXXVII

Sidang Gereja-gereja Klasis Kartasura XXXVII akan dilaksanakan pada tahun 2013 bertempat di GKJ Sabda Winedhar. Tidak ada yang berbeda untuk waktu pelaksanaan sidang klasis Kartasura, karena dilaksanakan sesuai dengan aturan yaitu setiap tahun. Hanya yang membedakan adalah kebiasaan pelaksanaan, kalau tahun-tahun sebelumnya sidang klasis kartasura dilaksanakan pada bulan Maret tetapi untuk tahun 2013 dilaksanakan pada bulan Januari.

Disepakati dilaksanakan pada bulan Januari karena sebelumnya memang menjadi usulan dari Utusan GKJ Sabda Winedhar, dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari beberapa gereja dalam hal menyusun rencana kegiatan dan anggaran gerejanya.

Sejauh ini baik dalam hal persiapan oleh gereja penghimpun maupun respon dan kerjasama dari gereja-gereja dengan memasukkan surat kredensi dan materi berjalan dengan baik. Jika ditanyakan kepada GKJ Sabda Winedhar tentang persiapannya ? GKJ Sabda Winedhar SIAP! tinggal mempersiapkan pelaksanaannya.

Panitia sudah terbentuk, undangan sudah disebar, materi tinggal digandakan dan dibagikan kepada gereja-gereja, Klasis Tetangga, Bapelklas dan Bawasklas dan Bapelsin, plus undangan dan sambutan dari Kepala pemerintahan Kabupaten Karanganyar (ini juga baru akan dimulai dengan mengundang kepala pemerintahan di Klasis Kartasura).



Suara Kebersamaan

Aku memaknai kerbersamaan sebagai sebuah pengorbanan sekaligus usaha yang keras untuk mewujudkan.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kebersamaan diberi arti hal bersama.
Dua kata dari kebersamaan jika diartikan satu persatu demikian. Kata hal diberi arti keadaan, peristiwa, kejadian, perkara, urusan, soal, masalah, sebab, tentang, mengenai; 
sedangkan bersama artinya berbareng, serentak, semua, sekalian, seiring dengan.

Jadi jika mau keduanya dimaknai dalam kata kebersamaan adalah hal-hal yang menyangkut keadaan (arti keseluruhan dari kata hal) harus selalu diusahakan secara bersama oleh siapapun yang terlibat, mempunyai keinginan dan kesepakatan untuk mewujudkannya.

Tetapi karena didalam sebuah kebersamaan terdapat beragam orang dengan karakter masing-masing berbeda, maka untuk mewujudkan sebuah kebersamaan diperlukan komitmen untuk bersama. Masalahnya kadangkala baik itu awalnya maupun pada saat proses berjalan ada saja yang mengatakan dalam hatinya "Sepakat untuk tidak sepakat".

Maka yang terjadi, hal-hal baik itu persetujuan tidak tertulis atau yang tertulis, ada yang dapat dilakukan dengan sukacita, ada yang hanya melakukan secara formalitas, ada yang sengaja tidak melakukan, ada yang melakukan dengan melanggar kesepakatan, ada yang mencari kegiatan sendiri diluar kesepakatan, ada yang sama sekali tidak pernah hadir untuk mewujudkan yang sudah disepakati, bahkan ada yang tidak mau tahu (!?!?!?!).
Kalau seperti ini, tentu aneh bukan? Atas nama kebersamaan tetapi tidak mau bersama bahkan ada yang merusak kebersamaan.

Mari kita renungan suara kebersamaan kita

Senin, 19 Maret 2012

JOB DISKRIPSI BADAN PELAKSANA KLASIS (BAPELKLAS)

Pasal 25
BADAN PELAKSANA KLASIS (BAPELKLAS)

(1) Struktur organisasi Bapelklas terdiri atas:
            1. Ketua.
            2. Sekretaris.
            3. Bendahara.
            4. Anggota.
(2) Bapelklas Lengkap yaitu keseluruhan orang-orang yang diangkat oleh sidang Klasis.
(3) Bapelklas Harian yaitu orang-orang yang menduduki jabatan Ketua, Sekretaris, Bendahara.
(4) Bidang yang ada dalam Bapelklas adalah:
            1. Bidang Keesaan.
            2. Bidang Visitasi.
            3. Bidang Kesaksian Pelayanan.
            4. Bidang Pembinaan Warga Gereja.
            5. Bidang Sarana Prasarana.
            6. Bidang Kajian dan Pengembangan.
            7. Bidang-bidang lain yang diperlukan.
(5) Cakupan tugas Bapelklas dirumuskan oleh Sidang Klasis.
(6) Bapelklas perlu memiliki Tata Kerja dan Program Kerja yang disusun berdasarkan Amanat Sidang
      Klasis, demi terlaksananya tugas yang diamanatkan.
(7) Penetapan personalia Bapelklas dengan mempertimbangkan:
           1. Warga Gereja Dewasa yang tidak berada dalam pamerdi.
           2. Khusus untuk Bidang Keesaan dan Bidang Visitasi harus yang berjabatan gerejawi.
           3. Aspek kontinuitas.
           4. Aspek domisili/pemerataan.
           5. Aspek keahlian dan pengalaman pelayanan gerejawi.
           6. Aspek keseimbangan pria-wanita dan tua-muda.
(8) Syarat-syarat personalia Bapelklas:
           1. Warga sidi yang tidak berada dalam pamerdi.
           2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang Alkitab, Pokok-pokok Ajaran GKJ, serta Tata
               Gereja dan Tata Laksana GKJ, dan memiliki pengetahuan mengenai bidang tugasnya.
           3. Sikap dan perilaku keluarganya tidak menjadi batu sandungan bagi warga gereja dan
               masyarakat.
           4. Mau dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
          5. Bagi pendeta sudah melayani sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, dan mendapat persetujuan dari  
               Majelis Gereja atau lembaga yang dilayani, baik secara lisan maupun tulisan.
          6. Bagi warga gereja yang bukan pendeta harus mendapat persetujuan dari Majelis Gereja                   
              yang bersangkutan.
          7. Bersedia menjalankan tugas sebagai Bapelklas.
(9) Rapat-rapat:
         1. Rapat Bapelklas Lengkap.
             a. Peserta rapat lengkap Bapelklas adalah seluruh anggota Bapelklas
             b. Rapat Bapelklas sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh 2/3 dari seluruh anggota
                 personalia Bapelklas. Anggota Bapelklas yang tidak hadir karena sakit atau izin
                 diperhitungkan dalam bilangan kehadiran. Apabila ternyata tidak mencapai kuorum
                 maka rapat Bapelklas ditunda sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu. Setelah ditunda 1
                 (satu) minggu rapat Bapelklas ternyata masih tetap tidak mencapai kuorum, maka rapat
                  tersebut dianggap sah.
              c. Rapat Bapelklas diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 (empat) bulan sekali.
              d. Kewenangan rapat Bapelklas Lengkap adalah menjabarkan seluruh tugas-tugas yang
                  diamanatkan oleh Sidang Klasis dan hal-hal yang bersifat mendesak namun mengandung
                  konsekuensi yang besar.
              e. Keputusan diambil dalam semangat persekutuan dan kasih serta yang tidak boleh
                  bertentangan dengan Alkitab, Pokok-pokok Ajaran GKJ, serta Tata Gereja dan Tata
                  Laksana GKJ.
              f. Keputusan-keputusan rapat dicatat dalam notula Bapelklas dan dilaksanakan
                 sebagaiamana mestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Rapat Bapelklas Harian.
     a. Peserta Rapat Harian Bapelklas adalah Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
     b. Rapat Bapelklas Harian sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh 2/3 dari seluruh anggota
         personalia Bapelklas Harian. Anggota Bapelklas Harian yang tidak hadir karena sakit atau izin
         diperhitungkan hadir. Apabila ternyata tidak mencapai kuorum, maka rapat Bapelklas Harian tersebut
         ditunda sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu. Setelah ditunda 1 (satu) minggu rapat Bapelklas Harian 
         ternyata masih tetap tidak mencapai kuorum, maka rapat tersebut dianggap sah.
    c. Rapat Bapelklas Harian diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
    d. Kewenangan rapat Bapelklas Harian adalah membicarakan hal yang diamanatkan rapat Bapelklas
        Lengkap, hal-hal yang mendesak namun tidak menimbulkan konsekuensi yang besar, dan hal yang
        berkaitan dengan teknis organisasi.
    e. Keputusan diambil dalam semangat persekutuan dan kasih serta yang tidak boleh bertentangan dengan
        Alkitab, Pokok-pokok Ajaran GKJ, serta Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ.
     f. Keputusan-keputusan rapat dicatat dalam notula Bapelklas Harian dan dilaksanakan sebagaimana
        mestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Rapat Bapelklas Bidang.
    a. Peserta rapat Bapelklas Bidang adalah Ketua Bidang dan seluruh anggotanya
    b. Rapat Bapelklas Bidang sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh 2/3 dari seluruh anggota
        personalia Bapelklas Bidang. Anggota Bapelklas Bidang yang tidak hadir karena sakit atau izin
       diperhitungkan hadir. Apabila ternyata tidak mencapai kuorum, maka rapat Bapelklas Bidang ditunda
       sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu. Setelah ditunda 1 (satu) minggu rapat Bapelklas Bidang ternyata
       masih tetap tidak mencapai kuorum, maka rapat tersebut dianggap sah.
   c. Rapat Bapelklas Bidang diselenggarakan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali.
   d. Kewenangan rapat Bapelklas Bidang adalah membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas bidang
       masing-masing.
   e. Keputusan diambil dalam semangat persekutuan dan kasih serta yang tidak boleh bertentangan dengn
      Alkitab, Pokok-pokok Ajaran GKJ, serta Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ.
   f. Keputusan-keputusan rapat dicatat dalam notula Bapelklas Bidang dan dilaksanakan sebagaimana
      mestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
(10) Masa bakti personalia Bapelklas:
       1. Masa bakti personalia Bapelklas 1(satu) daur sidang.
       2. Sebanyak-banyaknya 2(dua) kali daur persidangan berturut-turut dalam bidang yang sama.
(11) Biaya Bapelklas:
        1. Biaya organisasi ditanggung oleh Klasis melalui Iuran Dana Kebersamaan dan Kemandirian (IDKK)
            Gereja-gereja.
        2. Biaya kegiatan ditanggung oleh gereja-gereja melalui Kontribusi Kegiatan.
        3. Biaya-biaya tersebut di atas dapat diusahakan dari sumber-sumber lain yang tidak bertentangan
            dengan nilai-nilai Alkitabiah.

Rabu, 14 Maret 2012

AKU TELAH MELIHAT TUHAN

Tidak berlebihan rasanya kalau dikatakan bahwa secara umum keberadaan orang Kristen di Indonesia dewasa ini mengalami dan menghadapi tantangan yang berat dan besar.

Program Studi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada dalam Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia  2010. mencatat adanya kasus di seputar rumah ibadah sebanyak 18 kasus pada laporan tahun 2009 dan 39 kasus pada laporan tahun 2010 lalu. Sementara dari 39 kasus pada tahun 2010 itu, 32 kasus mengetengahkan adanya konflik antarumat beragama, 4 kasus memperlihatkan adanya konflik internal umat beragama seperti internal umat Muslim, 1 kasus memperlihatkan adanya konflik internal umat Protestan dan 1 kasus konflik internal umat Katholik. 3 kasus lainnya tidak dapat diidentifikasi. Yang menarik, dari kasus-kasus tadi tidak ada satu kasus pun yang berupa keberatan umat Kristiani terhadap masjid atau tempat ibadah umat Muslim. Sebaliknya, kasus-kasus itu justru menunjukkan adanya keberatan umat Muslim terhadap keberadaan gereja atau tempat ibadah umat Kristiani.

Institut Leimena News juga mencatat bahwa pada tahun 2009 lalu terdapat setidaknya 154 kebijakan daerah yang diskriminatif di Indonesia. Disebut diskriminatif karena kebijakan itu menyebabkan pembedaan, pembatasan, dan pengabaian kesempatan warga negara, khususnya perempuan dan kelompok minoritas, untuk dapat menikmati hak-haknya sebagaimana yang dijamin oleh konstitusi.

Dari dua catatan di atas cukuplah menunjukkan kepada kita betapa keberadaan orang Kristen di Indonesia semakin terdesak, diperlakukan sebagai warga negera kelas dua, yang hak-hak dan suaranya semakin tidak diindahkan, kepentingannya semakin tidak dilindungi.

Tekanan berat pada kelompok minoritas dan orang kecil di negeri ini
Kita menderita oleh tekanan dan perlakuan yang demikian. Ini sebuah fakta. Tetapi kalau kita mau melihat keluar dari tembok-tembok gereja, kita melihat dunia sekeliling kita, kita juga akan menemukan penderitaan yang kita alami ini ternyata juga dialami oleh kelompok-kelompok minoritas lainnya di negeri kita ini. Penyerangan oleh sekelompok orang terhadap penganut Ahmadiyah di Cikeusik Februari 2011. Pembakaran rumah dan pesantren penganut Syiah di Sampang, Madura 29 Desember 2011. Itulah dua contoh kejadian yang mudah kita temukan, yang mencerminkan penderitaan seperti yang kita alami.

Lebih lanjut, penderitaan yang sama ternyata juga dialami oleh orang-orang kecil di negeri kita ini. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj mengemukakan rakyat terus dipertontonkan tindakan yang jauh dari rasa keadilan oleh aparatur negara. Mulai dari kasus pencurian sandal jepit dengan terdakwa anak berusia 15 tahun, konflik petani dengan polisi di Mesuji, baik Lampung maupun Sumatera Selatan, hingga penembakan terhadap rakyat oleh polisi saat mereka berunjuk rasa menentang kehadiran perusahaan tambang di Bima, Nusa Tenggara Barat.

Bagaimana kita mau menyikapi penderitaan kita dan kelompok minoritas lainnya serta orang-orang kecil di negeri kita ini? Apa yang meski kita perbuat dalam situasi seperti ini?

Aku telah melihat Tuhan
“Aku telah melihat Tuhan!”, itulah kata-kata Maria Magdalena yang diucapkan di depan murid-murid Yesus (Yohanes 20:18). Kesaksian sekaligus ajakan Maria Magdalena kepada murid-murid yang diungkapkan dengan gembira, setelah ia mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit.

Dalam peristiwa kebangkitan Yesus ini, kata “melihat” menjadi kata penting. Dalam Yohanes 20:1 disebutkan bahwa Maria pergi ke kubur Yesus. Tidak dijelaskan di sini, untuk apa Maria pagi-pagi benar pergi ke kubur itu. Tetapi Injil Lukas menerangkan, Maria pergi ke kubur Yesus dengan membawa rempah-rempah (Lukas 24:1). Injil Markus mengatakan Maria hendak meminyaki Yesus yang terkubur, Yesus yang mati (Markus 16:1). Injil Matius secara tidak langsung menyebutkan, Maria hendak mencari Yesus yang disalibkan (Matius 28:5). Maria melihat bahwa kubur itu terbuka, jenazah Yesus sudah tidak ada di sana. Maria mengira jenazah Yesus diambil orang. Maria segera berlari memberitahu Simon Petrus dan murid yang lain (Yoh. 20:2).

Sesudah itu, masih berada di dekat kubur, Maria menangis. Kapan Maria kembali ke kubur Yesus setelah ia memberitahu Simon Petrus dan murid yang lain, tidak dijelaskan di sini. Kali ini Maria melihat dua orang malaikat yang berpakaian putih. Maria mendengar malaikat itu bertanya kepadanya, lalu ia menjawab: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yoh. 20:13). Sekali lagi di sini, Maria masih tetap menganggap jenazah Yesus diambil orang.

Tidak lama sesudah menjawab pertanyaan malaikat, Maria menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Maria menyangka bahwa yang ia lihat itu penunggu taman (Yoh. 20:15).

Tiga hal yang telah dilihat Maria: kubur kosong, malaikat, dan Yesus yang berdiri di dekatnya, belum membuat Maria mengenali Yesus yang bangkit dari kematian-Nya. Tanda-tanda lahiriah yang dilihat oleh Maria tidak membuat ia percaya kalau Yesus hidup. Tidak seperti “murid yang lain” yang disebut dalam Yohanes 20:8, yang masuk ke dalam kubur, tidak melihat jenazah Yesus di situ, lalu ia percaya.

Maria baru mengenali dan percaya kalau Yesus bangkit, Yesus hidup, setelah Maria mendengar sapaan Yesus yang hidup: “Maria”. Yesus menyebut namanya (Yoh. 20:17). Sapaan yang mencerminkan kedekatan hubungan antara Maria dengan Yesus. Maria mengenali sapaan itu, lalu percaya kepada Yesus yang bangkit. Pengenalan Maria terhadap Yesus yang bangkit, dipicu oleh pengalaman pribadi Maria dalam kedekatan hubungannya dengan Yesus (Yoh. 20:17).

Secara tersirat, perkataan Maria: “Aku telah melihat Tuhan” (Yoh. 20:18), merupakan suatu kesaksian tentang pengenalan dan kepercayaan Maria kepada Yesus yang bangkit. Perkataan Maria itu juga mengisyaratkan ajakan Maria kepada semua orang, untuk mengenali dan percaya kepada Yesus yang hidup. Maria mengajak semua orang, termasuk kita semua, untuk terus bergaul dengan Yesus dan percaya kepada-Nya, sekalipun kita tidak melihat sedikitpun tanda-tanda lahiriah tentang kebangkitan Yesus.

Dalam konteks kehidupan kita dewasa ini – di tengah-tengah sutuasi di negeri ini, di mana tanda-tanda Allah bertindak menolong orang-orang kecil dan kelompok minoritas yang diperlakukan tidak adil tidak begitu kelihatan – perkataan Maria mengajak kita semua untuk tetap percaya kepada Yesus. Peristiwa Paskah memang tidak menyediakan tanda-tanda lahiriah sebagai bukti. Percaya tidak tergantung suatu bukti. Itulah yang ditegaskan oleh Tuhan Yesus: “............. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya“ (Yohanes 20:29b).

Melihat Yesus yang turut menderita dan bangkit
Kembali ke perkataan Maria: “Aku telah melihat Tuhan!”. Perkataan Maria ini juga mencerminkan adanya perubahan pemahaman yang terjadi dalam diri para pengikut Yesus.

Maria adalah orang pertama yang menemukan kubur kosong (Yohanes 20:1; Matius 28:1-7; Markus 16:1-6; Lukas 24:1-3). Kubur merupakan tempat untuk meletakkan jenazah orang yang meninggal. Dalam pikiran para pengikut Yesus, kubur merupakan tempat peristirahatan abadi, menjadi tempat terakhir mengabadikan kegagalan perjuangan-Nya (hidup dan karya-Nya, sengsara dan kematian-Nya) sampai titik darah penghabisan. Kubur menjadi simbol kegagalan manusia mempertahankan hidupnya.

Pada pagi-pagi benar, hari pertama minggu itu, Maria tidak menemukan jenazah Yesus. Injil Matius menjelaskan: “… kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit …….” (Matius 28:5b-6; lihat juga Markus 16:6, Lukas 24:5b-7). Penemuan kubur yang kosong ini merupakan suatu hal yang tidak alamiah. Logika akal sehat mengatakan, kalau kubur itu kosong, pastilah jenazahnya diambil atau dicuri orang. Demikian itu pula yang ada dalam pikiran Maria. Maria menemukan simbol kegagalan itu hilang diambil orang. Choan Seng Song menuliskan:
“….. kubur kosong itu tentulah memberikan para murid dan pengikut Yesus yang lain suatu dilemma yang jauh  lebih besar daripada salib. Proses yang membawa pada salib dalam arti tertentu dapat dipahami, tetapi kubur kosong itu menghancurkan logika kehidupan dan kematian, mengkontradiksikan hukum alam, dan memutuskan kesinambungan pengalaman sejarah.”

Dengan melihat kubur kosong kemudian ikut mengalami pengalaman kebangkitan seperti dialami oleh Maria dan murid-murid yang lain, kita diajak untuk mengakhiri dan meninggalkan pemahaman tentang Yesus yang tak berdaya dan gagal dalam perjuangan-Nya. Secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur, pemahaman seperti itu harus ditinggalkan, digantikan dengan pemahaman baru yang ditemukan, bahwa penderitaan dan kematian itu adalah jalan yang justru dipilih dan harus dilalui oleh Yesus dalam mewujudkan kasih-Nya kepada dunia ini. Paulus mengatakan:“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” (1 Korintus 1:18)

Perkataan Maria: “Aku telah melihat Tuhan!”, menjadi undangan dan ajakan kepada kita untuk meninggalkan pemahaman bahwa penderitaan itu selalu terjadi  karena kesalahan kita. Memang, orang bisa menderita karena melakukan korupsi atau kejahatan, lalu masuk penjara. Orang yang kecanduan judi, kemudian jatuh miskin, lalu menderita.  Tetapi bisa juga terjadi, orang berbuat baik, orang bertindak benar, malah menderita. Ada penderitaan karena berbuat jahat, dan ada juga penderitaan karena berbuat baik dan benar. Surat 1 Petrus 2:20 menyebut:
“Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Penderitaan karena berbuat baik, inilah penderitaan jenis kedua. Kalau penderitaan jenis pertama – menderita karena berbuat jahat – itu memalukan, maka penderitaan jenis kedua ini – menderita karena berbuat baik – itu menjadi suatu kemuliaan. Penderitaan jenis kedua inilah yang oleh Surat 2 Timotius 2:3 disebut ikut menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.

Dalam konteks kita saat ini, perkataan Maria: “Aku telah melihat Tuhan!”, mengisyaratkan ajakan kepada kita agar tidak lari meninggalkan penderitaan yang tengah melanda hidup kita.  Kita diajak untuk rela menerima dan menjalani hidup dalam penderitaan ini bersama-sama dengan sesama yang miskin dan kelompok-kelompok minoritas di negeri ini. Dengan tetap menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam tindakan yang jahat, salah, dan tidak benar; dengan rela kita jalani penderitaan hidup ini.“Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” (1 Petrus 2:21).

DEN

Rabu, 29 Februari 2012

MENINGGALNYA PDT. EM. S. NOTOSOEDARMO

Pagi ini kami mendapatkan kabar dari Klasis Klaten Timur bahwa beliau Bp. Pdt. Em. S. Natasoedarmo telah dipanggil Tuhan. Beliau meninggal pada hari Rabu, 29 Februari 2012 jam 23.45. Pada hari ini, Kamis, 1 Maret 2012  jam 13.00 WIB akan diadakan upacara di GKJ Delanggu. 

Semasa hidup dan melayani Tuhan beliau memang melayani jemaat GKJ Delanggu. Setelah memasuki emeritus beliau sempat menikmati masa emeritusnya dengan baik, tetapi memang karena usia beberapa waktu yang lalu mengalami komplikasi penyakit.

Buah pekerjaannya tidak akan pernah sia-sia, ia telah menyelesaikan pertandingan yang utama di dunia dan kembali kepada pangkuan Bapa di Surga.

Selamat Jalan Bp. Pdt. Em. S. Nataoedarmo

SEJARAH KLASIS KARTASURA

Lahirnya Klasis Kartasura dimulai jauh dari terbentuknya Pasamoewan Kristen Jawi Gereformeerd Margoyudan-Surakarta dengan asuhan Dr. H.A Van Andel. Van Andel adalah pendeta utusan untuk kawasan Solo, sejak 1 Januari 1913. Sejak masuknya Dr. H.A Van Andel selama kurun waktu 2 tahun jumlah warga gereja berkembang menjadi 148 orang, dari semula 78 orang. Beliau dibantu oleh 5 guru Injil, 6 guru sekolah dan 4 kolportir. Dengan jumlah 148 orang terbentuklah kelompok Surakarta kemudian memilih tua-tua dan diakennya sendiri yang terdiri dari empat orang tua-tua (tiga dari suku jawa dan seorang Tionghoa), dan dua orang diaken yang kesemuanya dari suku Jawa.
Tua-tua tersebut adalah Bp. Dutokaryono, Bp. Mangunharjo, Bp. Pawirotaruno dan Bp. Sie Siauw Tjong, sedangkan diaken adalah bp. Herman Joyohusodo dan Bp. Irodikromo. Semuanya diteguhkan pada hari Minggu tanggal 30 April 1916 yang disertai dengan peresmian berdirinya Gereja Kristen Jawa Margoyudan (Pasamoewan Kristen Jawi Gereformeerd Margoyudan-Surakarta).
Dalam perjalanan GKJ Margoyudan terjadi pemekaran menjadi tiga gereja dewasa, yaitu GKJ Margoyudan dengan daerah PI bagian utara dan Timur, GKJ Tumenggungan (Manahan) dengan daerah PI bagian barat dan GKJ Danukusuman (Joyodiningratan) dengan daerah PI bagian selatan. Walaupun GKJ Tumenggungan dan GKJ Danukusuman secara de facto didewasakan pada tahun yang sama yaitu tahun 1929 namun secara de Yure GKJ Tumenggungan memproklamirkan pendewasaannya pada tahun 1931, tepatnya pada tanggal 16 Oktober 1931. Hal ini dikarenakan pada saat itu GKJ Tumenggungan meresmikan gedung gerejanya di wilayah Manahan. Sehingga sampai saat ini GKJ Tumenggungan beralih nama menjadi GKJ Manahan.
Sekitar tahun 1931, muncul kelompok-kelompok baru yang tumbuh di wilayah Pojok-Sragen, Gondang (Ringinharjo), di Blulukan dan di Slogohimo. Pada tahun 1933 terjadi pendewasaan tiga gereja yaitu GKJ Prambanan, Pedan dan Delanggu, sehingga di Klaten ada empat gereja dewasa, termasuk Klaten (1934). Dalam perkembangannya tahun 1935, gereja Slogohimo dan Wuryantoro didewasakan sehingga di Wonogiri ada empat gereja dewasa: Wonogiri (1930), Wuryantoro, Slogohimo dan Gemantar. Demikian juga di daerah Kartasura dan Kepuh, disusuk dua tahun kemudian di Karanganyar dan Plupuh (1937). Sehingga sampai tahun 1937, Klasis Solo terdiri dari 16 gereja dewasa: Margoyudan-Solo, Manahan-Solo, Danukusuman-Solo, Klaten, Sragen, Gemantar, Wonogiri, Prambanan, Pedan, Delanggu, Slogohimo, Wuryantoro, Kartasura, Kepuh, Karanganyar dan Plupuh.

Hingga sampai tahun 1938, Klasis Solo tetap menghimpun 16 gereja dewasa dengan 41 kelompok, melayani 5.282 warga gereja dengan 3 pendeta Jawa, yaitu: Ds. Soemponohardjo di Margoyudan-Solo, Ds. Mitrotenojo di Wonogiri-Gemantar dan Ds. S.Atmowidjono di Manahan-Solo, dibantu dengan 27 guru Injil. Karena pertambahan warga jemaat makin meningkat, maka pada tahun 1964, Sidang Klasis Surakarta memutuskan untuk membiakkan diri menjadi dua yaitu Klasis Surakarta Barat berpusat di Klaten dan Klasis Surakarta Timur berpusat di Solo.

Untuk Sejarah Klasis Kartasura secara lengkap anda dapat download disini (masih proses)

Senin, 27 Februari 2012

GKJ MANAHAN

GKJ Manahan didewasakan pada tanggal 8 Februari 1929, berlokasi di Tumenggungan, Surakarta. Sebelum dewasa termasuk bagian / pepanthan dari GKJ Margoyudan Surakarta. Pada tanggal 25 Desember 1931 mempunyai gedung baru berlokasi di Manahan yang diresmikan dalam Kebangkitan Natal oleh Ds. Van Eyk, sebagai Konsultan GKJ Manahan.
Pendeta pertama yang melayani GKJ Manahan adalah Bapak Ds. Atmowidjono yang bertugas sejak tahun 1936. Jumlah warga 50 orang, yang berkemang mencapai 239 orang pada tahun 1942, pada waktu tentara Jepang datang menduduki Indonesia. Daerah pelayanan meliputi kota Sala bagian barat, Kartasura, Pengging, Blulukan, Palur, Karanggede. 

Masa pendudukan Jepang merupakan lembaran hitam bagi GKJ Manahan dan gereja lain pada umumnya. Karena Jepang menganggap bahwa agama Kristen sebagai milik Belanda yang datang dari Barat . Segala sesuatu yang datang dari Barat dilarang, tidak boleh dilakukan. Maka gedung gereja GKJ Manahan ditutup dan disegel oleh pemerintah penduduk Jepang.
Dalam suasana yang mencekam, jemaat tetap mengadakan kebaktian secara diam-diam di gereja lewat pintu belakang, atau di rumah salah seorang warga. Sewaktu Bapak Ds. Atmowidjono meminta kepada tentara pendudukan Jepang untuk membuka segel pintu gereja, ternyata malahan ditahan. Tetapi kita boleh bersyukur bahwa kemudian dapat dilepaskan.
Pada akhirnya Tuhan berkenan memberikan berkatNya, dengan perantaraan seorang ahli hukum warga jemaat kita yaitu Mr. Suwidji yang dapat menunjukkan piagam pemerintah Jepang memberi perlindungan kepada umat Kristen di Jawa. Dengan demikian gedung gereja termasuk gereja-gereja se kota Sala, dapat mengadakan kebaktian seperti sedia kala, mesipun rasa takut dan cemas belum hilang juga.
Pada tanggal 9 Juli 1945 Bapak Ds. Atmowidjono dipanggil menghadap Tuhan, Bapa di Sorga. Kemudian diganti oleh Bapak Pdt. RM S. Purwowidagdo, sebagai pendeta kedua di GKJ Manahan.
Pada tahun 1949 Bp. Purwowidagdo diangkat sebagai Pendeta utusan untuk Klasis Surakarta, maka pelayanan di GKJ Manahan dilaksanakanoleh seorang guru Injil, Bp. RN. Padmowijono. Baru pada tahun 1951 ada seorang pendeta yang ditahbiskan, sebagai pelayanan di GKJ Manahan, yaitu Bp. Pdt. S. Hadisewojo, yang merupakan pendeta yang ketiga.
Mulai saat itu pelayanan dapat berjalan baik. GKJ Pepanthan Kerten didewasakan pada tanggal 27 Maret 1967, yang dilayani oleh Bp. Pdt. Suparman Purwoko Adisudarmo, yang ditahbiskan pada tanggal 27 September 1968.
Pepanthan-pepanthan mulaiberkembang. Semula baru ada Pepanthan Blulukan yang diasuh oleh Guru Injil, sekarang dilayani oleh 4 orang majelis.
Kemudian pada tanggal 8 Januari 1966 lahir pepanthan Klodran, yang mempunyai gedung gereja sendiri pada tanggal 25 Desember 1976 saat ini dilayani oleh 7 orang majelis.
Pepanthan Tohudan sudah ada embrionya sejak tahun 1953. Diresmikan pada tanggal 25 Desember 1969 oleh Bp. Pdt. S. Hadisewojo. Mempunyai tempat ibadah sendiri pada tahun 1977. Sekarang diasuh oleh 4 orang majelis.
Pepanthan Sumber merupakan pepanthan terakhir dari 4 pepanthan yang ada di GKJ Manahan. Diresmikan pada tanggal 31 Desember 1990 oleh Bp. Wlikotamadya KHD Tingkat II Surakarta, dilayani oleh 12 orang majelis.
Dengan berkembangnya warga jemaat di GKJ Manahan dirasakan perlu menambah tenaga gereja, dengan memanggil pendeta baru. Maka pada tanggal 29 April 1971 ditahbiskanlah pendeta yang keempat di GKJ Manahan, Bp. Pdt. Bambang Broto Sudjaly, S.Th. Sejak saat itu ada 2 orang Pamulang yang melayani jemaat.
Pada tahun 1983 Bp. Pdt. S. Hadisewojo mulai masuk masa emiritus, maka diadakan persiapan untuk memanggil seorang pendeta baru. Pada tanggal 18 Januari 1985 ditahbiskan Bp. Pdt. Widya Notodiryo, S.Th sebagai pendeta yang kelima di GKJ Manahan.

Sabtu, 25 Februari 2012

PESPARAWI KLASIS KARTASURA

Laporan dari tempat diadakannya Pesta Paduan Suara Klasis Kartasura.

Tepat pada pukul 10.00 WIB, Pesparawi Klasis Kartasura dimulai, seperti yang sudah ditentukan dalam rundown acara, Kebaktikan berlangsung selama 30 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan laporan ketua panitia dan sambutan sekaligus Pembukaan oleh Ketua Bapelklas Klasis Kartasura, Pdt. Setyo Budi U. dengan pemukulan gong tanda dibuka.
Satu persatu para peserta mulai tampil, dimulai dari GKJ Pajang yang mendapatkan undian no 1 sampai jam 1.00 peserta sudah memasuki no undian 7.
Pada pukul 15.00 Telah diumumkan para pemenang pesta paduan suara oleh dewan juri. Hasilnya yang mendapatkan tempat pertama adalah peserta dari tuan rumah yaitu GKJ Sabda Winedhar dengan nilai 95, disusul oleh GKJ Sumber dengan nilai 90 dan di tempat ketiga di duduki oleh kontingen dari GKJ Kartasura.


Minggu, 19 Februari 2012

KALENDER GEREJAWI TAHUN 2012

Kalau mau dapat selengkapnya  unduh disini

Jumat, 17 Februari 2012

LEKSIONARI

Leksionari adalah buku berisi daftar pembacaan Alkitab yang digunakan dalam ibadah jemaat atau umat Kristen.[1] Dalam urutannya, pembacaan Alkitab ini dilakukan sebelum kotbah.[1] Dalam Leksionari dilakukan pembagian perikop-perikop untuk ibadah tertentu. Tradisi ini sudah berlangsung mulai abad 4.[1] Pada mulanya, bagian permulaan dan akhir perikop dicatat pada bagian pinggir Alkitab.[1] Kemudian perikop-perikop tersebut dikumpulkan dalam buku tersendiri yang disebut Leksionari (Lektionari).[1] Tradisi ini sekarang dikembangkan dan diwarisi oleh gereja-gereja dalam ibadahnya, baik ibadah Minggu maupun hari raya.[2]
Daftar bacaan dalam leksionari memiliki tata cara yang teratur yang ditentukan sesuai dengan keselarasan tema dan kesinambungan teks di dalam Alkitab.[2] Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa Kitab Injil dituliskan dengan pikiran akan digunakan secara leksionar.[2] Bukti yang diajukan oleh beberapa penulis leksionari sendiri, misalnya dalam Kitab Perjanjian Lama dimulai Kitab Kejadian yang berisi penciptaan alam raya, maka di dalam Perjanjian Baru pada Injil Matius dituliskan silsilah Yesus sebagai penciptaan baru tentang keselamatan manusia. Terdapat kesejajaran dalam kedua perjanjian tersebut.[2]

Leksionari merupakan wahana simbolis yang menghadirkan sejarah keselamatan yang Allah lakukan di masa lalu pada masa kini, sehingga kita merupakan bagian dari sejarah Alkitab. Selain itu, fungsi leksionari adalah sebagai metode pembinaan warga gereja melalui ibadah.

Leksionari yang biasa digunakan oleh Gereja-gereja Protestan saat ini adalah Revised Common Lectionary (RCL). Urutan dan daftar pembacaan Alkitab selengkapnya dapat dilihat pada http://www.crivoice.org/lectionary/tocsub1a.html. Leksionari ini menggunakan siklus tiga tahunan.

Pada tahun A Injil Matius menjadi landasan dan dominan dibacakan dalam liturgi. Di tahun B Injil Markus yang menjadi dasar dan di tahun C Injil Lukas yang menonjol dalam liturgi. Injil Yohanes muncul di ketiga tahun liturgi tersebut (A-B-C).

Tahun A dimulai sejak tanggal 2 Desember 2007 (Adven 1) hingga 23 November 2008 (Minggu Kristus Raja).



Sumber :
Berkaitan dengan Leksionari :

    Rabu Abu

    Dalam agama Kristen tradisi barat (termasuk Katolik Roma dan Protestanisme), Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah. Ini terjadi pada hari Rabu, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum hari Jumat Agung.
    Pada hari ini umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuna di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan (misalnya seperti dalam Kitab Ester 4:1, 3). Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan." Biasanya pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."
    Seringkali pada hari ini bacaan di Gereja diambil dari Alkitab, kitab II Samuel 11-12, perihal raja Daud yang berzinah dan bertobat.
    Banyak orang Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat kefanaan seseorang. Pada hari ini umat Katolik berusia 18–59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.

    Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu dikening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum
    Kristus, abu telah menjadi tanda tobat.Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester.Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniweakan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia darisinggasananya, ditanggalkannya jubahnya,diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.(Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu.Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".

    Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan
    Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

    Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

    Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

    BAWASKLAS Kartasura XXXIV


    Untuk Daur Persidangan Klasis ke-35, yang duduk dalam kepengurusan Bawaskla adalah 
    • Drs. Dkn. Sukendar, M.Si., 
    • Bp.Srimulyono, 
    • Pnt. Dwiyanto Suhodo, BE. BSc  
    • Ibu Endang Yuliana, SH

    Kamis, 16 Februari 2012

    Turut Berbelasungkawa

    10 Februari 2012 yang lalu keluarga Bp. Dani dan Ibu Pdt. Lidia Natalia berduka, anak yang lahir prematur meninggal dunia. Anak yang telah diberi nama Arthaxerxes lahir pada usia kandungan menginjak usia 6 bulan, selama lahir sampai meninggalnya dirawat secara intensif di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

    Harapan dan Doa dari kedua orang tua dan semua orang yang menyanyangi anak Arthaxerxes selalu dipanjatkan kepada Tuhan. Tetapi memang Tuhan berkehendak lain, memasuki umur kelahirannya yang ke 26 hari dan masih berada di inkubator, Tuhan mengambilnya lagi. Tetapi yang pasti Tuhan sudah merencanakan segala sesuatu itu indah, itulah keyakinan dari ibu Pdt. Lidia Natalia ketika saat upacara pemakaman beliau menyenandungkan lagu untuk terakhir kalinya kepada anak yang dikasihinya.

    Selamat Jalan Anakku Arthaxerxes, selamat berbahagia dengan Tuhan di Sorga. 

    Kami semua Jemaat gereja-gereja Kristen Jawa Klasis Kartasura juga turut berbelasungkawa kepada Bp.Dani dan Ibu Pdt. Lidia, kiranya Kasih dan Penghiburan-Nya selalu mengungatkan kedua hamba-Nya. Amin

    BAHAN PA SUMIAR

    Klasis Kartasura telah membuat bahan PA bagi gereja-gereja se-Klasis Kartasura. Untuk bahan yang terbit tahun ini telah memasuki pembuatan yang kedua. Untuk edisi yang kedua ini, TIM pembuatan Bahan PA SUMIAR membuat dalam bahasa Jawa.
    Harga @12.000/eks


    Jika gereja-gereja baik lingkup Klasis Kartasura dan gereja-gereja diluar lingkup klasis Kartasura membutuhkan bahan PA SUMIAR bisa langsung memesannya ke kantor Klasis Kartasura dengan alamat :

    d.a. GKJ Manahan
    Jl. MT. Haryono No. 10
    Manahan, SURAKARTA 57139
    HP : 08164230600
    atas nama SULIS (Karyawan Kantor Klasis)

     
    Daftar Isi :
    Bahan PA Wulan Nopember 2011

                Dening Pdt. Yusuf Sugino, S.Th
    Bahan PA Wulan Desember 2012
                Dening Pdt. Yusuf Sugino, S.Th
    Bahan PA Wulan Januari 2012
    Dening Pdt. Immanuel Adi Saputro, S.Si
    Bahan PA Bulan Februari 2012
    Dening Pdt. Santosa Budi Harjo, M.Th
    Bahan PA Bulan Maret 2012
    Dening Pdt. Lidia Natalia, S.Si
    Bahan PA Bulan April 2012
    Dening Pdt. Immanuel Adi Saputro, S.Si
    Bahan PA Bulan Mei 2012
    Dening Pdt. Drs. Eko Heru Martono
    Bahan PA Bulan Juni 2012
    Dening  Pdt. Setyo Budi Utomo, S.Th
    Bahan PA Bulan Juli 2012
    Dening Pdt.Setyo Budi Utomo, S.Th lan Pdt. Yusuf Sugino, S.Th
    Bahan PA Bulan Agustus 2012
    Dening Pdt.Em. Sriwidjaja, Sm.Th
    Bahan PA Bulan September 2012
    Dening Pdt. Santosa Budi Harjo, M.Th
    Bahan PA Bulan Oktober 2012
    Dening Pdt. Yusuf Sugino, S.Th lan Pdt. Immanuel Adi S, S.Si
    Bahan PA Bulan Nopember 2012
    Dening  Pdt. Santosa Budi Harjo, M.Th

    FILE DOWNLOAD

    Alkitab :
    Bahan Pembinaan:
    Sejarah Gereja :
    Bahan Renungan :
    Lagu Pujian
    Tafsiran Alkitab
    1. Tafsiran Alkitab Pilihan
    2. Tafsiran Kejadian Vol. 1 | Vol. 2
    3. Tafsiran Keluaran, Imamat, Bilangan, & Ulangan Vol. 1 | Vol. 2 | Vol. 3 | Vol. 4
    4. Tafsiran Yosua
    5. Tafsiran Mazmur Vol. 1 | Vol. 2 | Vol. 3 | Vol. 4 | Vol. 5
    6. Tafsiran Yesaya Vol. 1 | Vol. 2 | Vol. 3 | Vol. 4
    7. Tafsiran Yeremia & Ratapan Vol. 1 | Vol. 2 | Vol. 3 | Vol. 4 | Vol. 5
    8. Tafsiran Yehezkiel Vol. 1 | Vol. 2
    9. Tafsiran Daniel Vol. 1 | Vol. 2
    10. Tafsiran Hosea
    11. Tafsiran Yoel, Amos, Obaja
    12. Tafsiran Yunus, Mikha, Nahum
    13. Tafsiran Habakuk, Zefanya, Hagai
    14. Tafsiran Zakharia & Maleakhi
    15. Tafsiran Matius, Markus, & Lukas Vol. 1 | Vol. 2 | Vol. 3
    16. Tafsiran Yohanes Vol. 1 | Vol. 2
    17. Tafsiran Kisah Para Rasul Vol. 1 | Vol. 2
    18. Tafsiran Roma
    19. Tafsiran Korintus Vol. 1 | Vol. 2
    20. Tafsiran Galatia & Efesus
    21. Tafsiran Filipi, Kolose, & Tesalonika
    22. Tafsiran Timotius, Titus, & Filemon
    23. Tafsiran Ibrani
    24. Tafsiran Yakobus, Petrus, 1 Yohanes, & Yudas
    Bahan Hari Besar :

        Informasi Kegiatan PWG daur persidangan Klasis XXXV

        Sesuai dengan Tager-Talak GKJ tentang Badan Pelaksana Klasis, Bapelklas Klasis melaksanakan apa yang sudah diputuskan di daur persidangan Klasis ke-35. Khususnya penunjukkan bidang tugas PWG, beberapa artikel yang berkaitan dengan PWG telah dilakukan diantaranya :

        1. Paskah Adiyuswo se-Klasis Kartasura
        2. Paskah Sekolah Minggu
        3. Studi Banding KWD ke Mojowarno
        4. Bible Camp Remaja-Pemuda
        5. Pembekalan Guru Sekolah Minggu
        6. Ceramah kepemimpinan untuk pemuda-remaja

        Penyelenggaraan Sidang Klasis Kartasura ke-36

        Seperti klasis-klasis yang lain dalam lingkup Sinode GKJ Klasis Kartasura juga menyelenggarakan sidang klasis. Untuk tahun 2012, Sidang Klasis diselenggarakan di GKJ Plaur - Boyolali. Tahun ini sidang Klasis Kartasura telah memasuki  hitungan yang ke-36 dan akan diselenggarakan tanggal 23 Maret 2012.

        Kebiasaan yang berlaku di Klasis Kartasura, untuk pimpinan Sidang Klasis sudah ditunjuk oleh persidangan klasis sebelumnya. Sehingga mau tidak mau, gereja harus memberi kredensi kepada yang bersangkutan untuk diutus menjadi utusan primus. Sesuai dengan Akta Sidang Klasis ke 35, pimpinan sidang dipercayakan kepada : Pdt. Setyo Budi Utomo, S.Th dan Pdt. Immanuel Adi Saputri, S.Si. 

        Persiapan telah dilakukan oleh gereja penghimpun dengan mengirim surat kepada gereja-gereja untuk memasukkan materi sidang dan utusannya. Bapelklas juga telah menyelesaikan tugas dan laporannya untuk segera dikirim ke GKJ Plaur. 

        Semoga berjalan dengan baik dan lancar. Tidak lupa mohon dukungan doa dari jemaat dari gereja-gereja di lingkup Klasis Kartasura.

        Pesta Paduan Suara Klasis Kartasura

        Pesta Paduan Suara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pesparawi akan digelar di Klasis Kartasura. Sudah cukup lama Klasis Kartasura tidak mengadakan pesparawi. Terhitung sejak tahun 2005 terakhir kali ketika itu masih bersama dengan Klasis Boyolali sampai dengan tahun 2012 baru terlaksana kembali. Atas semangat rasa rindu dan kebersamaan anggota Klasis Kartasura, maka kegiatan Pesta Paduan Suara akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 26 Februari 2012 bertempat di GKJ Sabda Winedhar. 

        Atas hasil keputusan Sidang Klasis Kartasura 35 tentang pelaksanaan Pesparawi dan dorongan mewujudkan semangat rasa rindu dan kebersamaan, pada bulan Agustus 2011 dibentuklah panitia Pesparawi. Bernaung di bidang PWG, panitia bekerja keras untuk mengadakan koordinasi. Kerja keras mereka berkoordinasi hampir pasti terwujud. Bagaimana tidak, sekarang sudah memasuki hari ke 16 bulan Februari, tinggal menghitung hari sambil terus berkoordinasi memperhatikan apa yang masih kurang. 
        Dari 8 gereja di lingkup Klasis Kartasura ada 2 gereja yang memberi informasi akan mengikutkan 2 kelompok paduan suara-nya yaitu GKJ Manahan dan GKJ Sumber. Jadi ada 10 kelompok nantinya yang ber-pesta paduan suara.

        Ayo semangat.....bekerjalah sampai semua terlaksana dengan baik. Selamat pula bagi gereja-gereja yang telah bekerjasama berlatih paduan suara untuk mengikuti Pesparawi Klasis Kartasura.


         

        BADAN PELAKSANA KLASIS KARTASURA XXXV

        Ketua I         :  Pdt. Setyo Budi Utomo, S.Th.
        Ketua II        :  Pdt. Eko Heru Martono
        Sekretaris I   :  Pnt. Drs. SoekarnoSetyosaputro
        Sekretaris II  :  Pdt. Fritz Yohanes Dae Pany, S.Si.
        Bendahara I :  Dkn. Sudibyo
        Bendahara II:  Gigit Yokanan Kristiyono

        BIDANG:
        a.    Bidang Keesaan:
             Pdt. Santosa, Pnt. Harinto, Pnt Omega
        b.   Bidang Visitasi:
             Pdt.Retno Ratih SH, M.Th.,
                    ANGGOTA: Semua Pendeta
        c.    Bidang PWG: 
        Pdt. Immanuel adi ,Pdt. Lidya, Pnt. Drs. Soejinto SF., MM,
        Pnt. Drs. Nyoto Haryanto
        d.    Bidang KESPEL: 
           Pdt. Petrus, Pdt Yusuf S, Bp. Sulomo          
        e.    Bidang Sosial, Politik dan Hukum (SOSPOLHUK):
        Dkn. Yuri Warmanto,SH.,MH.,Bp.Suharsono, Ibu. Sri Rahayu

        Share

        Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More